ditinjau dari objek formal atau metodenya, kedua jenis “ilmu” tersebut memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Perbedaan tersebut adalah :
- Secara umum dapat dikatakan, bahwa setiap cabang ilmu-ilmu tentang manusia mendasarkan penyelidikannya pada gejala empiris, yang bersifat “objektif” dan bisa diukur. Gejala tersebut kemudian diselidiki dengan menggunakan metode yang bersifat observasional dan/atau eksperimental.
- Sebaliknya, filsafat manusia tidak membatasi diri pada gejala empiris. Bentuk atau jenis gejala apapun tentang manusia sejauh masih bisa dipikirkan dan memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat manusia. Aspek-aspek, dimensi-dimensi, atau nilai-nilai yang bersifat metafisis, spiritual, dan universal dari manusia, yang tidak bisa diobservasi dan diukur melalui metode-metode keilmuan, bisa menjadi bahan kajian terpenting bagi filsafat manusia.
Karena luas dan tidak terbatasnya gejala manusiawi, maka tidak mungkin filsafat manusia menggunakan metode yang bersifat observasional dan/atau eksperimental. Observasi dan eksperimentasi hanya mungkin dilakukan kalau gejalanya bisa diamati (empiris), bisa diukur (metode statistik), dan bisa dimanipulasi (eksperimen di laboratorium). Sedangkan aspek atau dimensi metafisis, spiritual, dan universal hanya bisa diselidiki dengan menggunakan metode yang lebih spesifik (sintesis dan refleksi). Dan karena apa yang bisa dipikirkan jauh lebih luas daripada apa yang bisa diamati secara empiris, maka pengetahuan tentang gejala manusia dalam filsafat pada akhirnya jauh lebih ekstensif (menyeluruh) dan intensif (mendalam) dari pada informasi atau teori yang didapatkan oleh ilmu tentang filsafat.
sumber : filsafat manusia (zainal abidin 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar