berdasarkan buku The Philosophy of Mathematics Education oleh Paul Ernest (Terjemahnya) Pada Bab 2 The Philosophy of
Mathematics Reconceptualized kalau di terjemahkan artinya rekonseptualisasi filsafat matematika. pada sub Bab terdapat judul wilayah filsafat matematika.
wilayah filsafat matematika
Ada
tiga hal yang dianggap penting tentang filsafat dan pendidikan. Setiap masalah
ini digambarkan dalam bentuk sebuah dikotomi yang selalu berisi perbandingan
pemikiran sudut pandang filsafat absolutis dan fallibilis.
Pertama,
ada perbedaan antara pengetahuan sebagai produk akhir yang sebagian besar diwujudkan dalam bentuk
dalil-dalil dengan kegiatan memahami
atau kegiatan mencari pengetahuan. Yang terakhir berhubungan dengan asal-usul
pengetahuan dan dengan keterlibatan
manusia dalam penciptaannya.
Pandangan
absolutis terfokus pada yang pertama yaitu produk akhir yang sudah selesai dan
dasar-dasar kebenarannya. Pandangan filsafat absolutis tidak hanya terfokus
pada pengetahuan sebagai produk
objektif, mereka sering menolak keabsahan filsafats terkait dengan asal
usul pengetahuan dan lebih suka memasukan wilayah itu kedalam wilayah
ilmu psikologi dan ilmu social. Kecuali aliran konstruktifisme yang mengakui elemen mencoba mencari tahu
dalam bentuk yang telah ada.
Pandangan
fallibilis terkait dengan hakikat matematika, dengan mencari tahu atau memahami
kesalahan dalam matematika, tidak dapat
terlepas dari pemikiran untuk menggantikan teori dan mengembangkan pengetahuan.
Pada intinya pandangan seperti ini sangat berhubungan dengan konteks penciptaan
pengetahuan dan asal-usul sejarah matematika, jika pandangan ini bisa dikatakan
mampu memberikan gambaran dan penjelasan yang baik tentang matematika secara
utuh.
Kedua,
ada perbedaan antara matematika sebagai pengetahuan yang berdiri sendiri dan
bebas nilai dengan matematika sebagai sesuatu yang berhubungan dan menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari jaringan ilmu pengetahuan manusia.
Absolutis
matematika menyebutnya sebagai status unik dengan mengatakan bahwa matematika
adalah satu-satunya ilmu pengetahuan yang didasarkan pada pembuktian-pembuktian yang
kuat. Kondisi ini disertai dengan
penolakan pandangan internalis terkait dengan relefansi sejarah atau
asal-usul atau konteks manusia, semakin menguatkan batas bahwa matematika
adalah diisplin yang terpisah dan berdiri seendiri.
Fallibilis
memasukan lebih banyak hal didalam wilayah filsafat matematika. Karena
matematika dipandang tidak
absolute, maka matematika tidak
dapat secara sah dipisahkan dari ilmu
pengetahuan empiris (dan oleh karena itu tidak absolut) pengetahuan fisik
dan ilmu lainnya. Karena aliran
fallibilism masuk kedalam wilayah
asal usul (terciptanya)
pengetahuan matematika dan juga produknya, maka matematika dipandang sebagai
bagian yang menyatu dengan sejarah dan kehidupan manusia.
Ketiga,
perbedaan ini memisahkan pandangan matematika sebagai ilmu yang objektif dan bebas nilai karena
hanya terfokus pada logika internalnya sendiri, dengan memandang matematika
sebagai bagian yang menyatu dengan budaya manusia dan oleh karena
itu dipengaruhi oleh nilai-nilai manusia seperti halnya wilayah
dan pengetahuan lainnya.
Pandangan
filsafat absolutis dengan fokus internalnya, memandang matematika sebagai ilmu
yang objektif dan terlepas dari moral
dan nilai-nilai manusia.
Pandangan fallibilis sebaliknya menghubungkan matematika dengan ilmu pengetahuan lainnya berlandaskan pada sejarah dan
asal-usul sosialnya. Oleh Karena itu falliblis memandang matematika memiliki
nilai-nilai lainnya seperti nilai moral dan social yang memiliki peran
penting dalam pengembangan dan penerapan matematika.
Apa
yang disajikan disini adalah bahwa wilayah filsafat matematika seharusnya
mencakup persoalan-persoalan eksternal
dengan dasar sejarah dan konteks social matematika selain fokus pada
persoalan internal terkait dengan pengetahuan, eksistensi dan kebenaran.
terima kasih ^^
sumber : buku terjemahan dari The Philosophy of Mathematics Education oleh Paul Ernest
lengkap sekali infonya kak
BalasHapustarif axis